Saat ditemui di kantor Bentara Papua, Selasa(12/5/2020) Yustinus mengaku kecintaannya terhadap ular, dimulai sejak tahun 2006. Namun, kemampuannya makin terasah setelah mengikuti Praktek Kerja Lapang Tahun 2011 di Kampung Aipiri.
“Dalam kegiatan praktek itu, kami diajarkan bagaimana penanganan ular dengan teknik yang baik dan benar, serta wajib menggunakan peralatan standar dan selalu mengutamakan keselamatan diri kita dan ular yang didapat,” kata Yustinus.
Dari pengalamannya, ia pernah diminta oleh beberapa warga di Amban Manokwari untuk menangkap ular di rumah mereka. Setelah ditangkap, ular itu kemudian dilepaskan di Kawasan Hutan Gunung Meja.
Sehingga boleh dikatakan, Yustinus memiliki jiwa konservasionis. Karena setelah menangkap ular itu, Mahasiswa Kehutanan ini langsung melepaskan kembali ular itu ke habitatnya.
“ Saya tidak bisa bunuh ular yang ditangkap, karena saya kuatir, kalau ular itu ternyata merupakan jenis yang terancam punah,” jelasnya.
Sehingga Yustinus berharap, masyarakat harus membangun kesadarannya bahwa ular bukan musuh manusia. Tetapi ular bisa menjadi sahabat manusia.
“Karena dengan membunuh ular dapat menjadikan karma bagi kita, tetapi dengan melestarikan ular dapat menjadikan kita dilindungi oleh alam,” tuturnya. (NM)
No comments:
Post a Comment