Peta Luasan Blok Perkantoran dan Hutan Kota Teminabuan (foto : dishut sorsel) |
Sorong Selatan - Kawasan Hutan Kota Teminabuan adalah kawasan hutan yang menyatu dengan lokasi perkantoran pemerintah daerah dan perumahan staf. Secara keseluruhan, luasan areal kawasan hutan kota, perkantoran, dan perumahan staf adalah 49,56 ha. Sedangkan luasan masing-masing peruntukan kawasan adalah sebagai berikut Hutan Kota 25,46 ha, Perkantoran 15,21 ha dan Perumahan : 8,89 ha.
A. Kondisi Biologis Kawasan
Kondisi Hutan Alam Primer
Kawasan Hutan Alam Primer Perkantoran Kabupaten Sorong Selatan merupakan hutan alam yang sengaja dibiarkan pada saat pembukaan areal untuk perkantoran. Hutan ini telah mengalami degradasi namun komposisi tegakan masih menunjukan karakter hutan primer. Komposisi jenis yang terdapat dalam kawasan ini tergolong sedang.
Hasil kajian menunjukan bahwa kawasan hutan alam primer ditumbuhi oleh 35 jenis tumbuhan berkayu, yaitu : Aglaia odorata, Alstonia scholaris, Aralia braciata, Archidendron parviflorum, Artocarpus altilis, Canarium hiersutum, Celtis phillipinensis, Cleithantus mirianthus, Dendrocnide sp., Dracontomelon dao, Dracontomelon minor, Endospermum mollucanum, Ficus laevigata, Ficus robusta, Homalium foetidum, Horsfieldia irya, Inocarpus vagiferus, Leea aequleacta, Lepiniopsis ternatensis, Lithocarpus sp., Macaranga gigantean, Mangifera sp., Melycope sp., Neonauclea sp., Pangium edule, Paraltocarpus sp., Picrasma javanica, Pimelodendron amboinicum, Pometia pinnata, Rhus sp., Spatiostemon javensis, Spondias cytherea, Tabernaeamontana sp., Terminalia complanata dan Theysmaniodendron bogoriensis.
Berdasarkan struktur atau tatanan masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam kawasan hutan ini, Arthocarus artilis. merupakan jenis yang sangat dominan, baik dari segi kepadatan, penyebaran, maupun penguasaan ruang tumbuh.
Kondisi Hutan Alam Sekunder
Hampir sebagian besar blok hutan perkantoran adalah Hutan Alam Sekunder. Hutan ini terdiri atas 3 kelompok hutan sekunder yakni hutan sekunder awal, hutan sekunder peralihan dan hutan sekunder lanjut.
Hutan sekunder awal ditandai oleh keberadaan jenis-jenis pioneer seperti Macarangga spp, Tremna sp dan Premna spp. Sedangkan untuk hutan sekunder peralihan adalah hutan yang telah menunjukkan keberadaan dari jenis-jenis tumbuhan hutan primer yang tumbuh baik sebagai anakan maupun pancang dan dalan hutan ini jenis-jenis pioneer telah mengalami perkembangan dalam tinggi dan diameternya yang menunjukan diameter tungkat pohon. Selanjutnya untuk hutan sekunder lanjutan telah terlihat pohon-pohon yang merupakan jenis tumbuhan hutan primer seperti Pometia dan Myristica sp.
Komposisi jenis tumbuhan berkayu pada areal hutan alam sekunder antara lain Rhus sp., Artocarpus altilis, Alstonia macrocarpa, Celtis phillipinensis, Neonauclea sp., Artocarpus freisianus, Pometia pinnata, Theysmaniodendron bogoriensis, Spatiostemon javensis, Horsfieldia laevigata, Homalium foetidum, Cryptocarya sp., Fagraea rasemosa, Canarium indicum dan Koordersiodendron pinnatum
Potensi Hasil Hutan Non Kayu
Hasil hutan non kayu yang terdapat pada kawasan hutan kota perkantoran dapat digolongkan dalam beberapa Kelompok, yaitu paku-pakuan (Pterydophyta), pandan (Pandanaceae), jahe-jahean (Singiberaceae), serta rotan dan palem (Arecaceae/Palmae). Palem dan Rotan merupakan kelompok Hasil hutan non kayu yang memiliki jumlah jenis tertinggi, kemudian diikuti oleh paku, dan pandan serta jahe-jahean.
Palem dan Rotan (Arecaceae / Palmae)
Palem dan Rotan di Areal Hutan Kota (foto : dishut sorsel) |
Paku (Pterydophyta)
Tumbuhan paku dijumpai tumbuh menyebar terutama di hutan primer dengan sedikit gangguan. Pada areal yang terbuka jenis-jenis Nephrolepsis biseriate dan N. hirsute tumbuh melimpah dengan ketinggan hingga 1 m dan pada areal yang agak ternaungi dijumpai kelompok paku-pakuan dari genus Drypetes rumbuh memenuhi areal. Terdapat juga jenis Selaginella sp. Beberapa tumbuhan paku epifit tumbuh pada batang pohon yakni Asplenium nidus, Drynaria sp dan Belchum sp,. Pemanfaatan tumbuhan paku antara lain untuk pangan yakni dari jenis Drypetes dan juga untuk pembungkus buah-buahan agar tidak cepat layu serta dimanfaatkan juga sebagai tanaman hias. Jenis – jenis tumbuhan paku pada kawasan hutan kota yatu Asplenium nidus, Lindsaea sp., Drynaria sp., Drypetes sp., Nephrolepsis bisseriate dan Nephrolepsis hirsitula
Pandan (Pandanaceae)
Jenis-jenis Pandan di Areal Hutan Kota (foto : dishut sorsel) |
Jahe-jahean (Zingiberaceae)
Jenis-jenis Jahe-jahean di Areal Hutan Kota (foto : dishut sorsel) |
Secara umum semua tanaman dapat menyerap CO2 dan menghasilkan O2 tetapi tanaman yang dianggap efektif dalam melakukan aktifitas ini adalah tanaman jenis Ficus benyamina. Untuk tanaman yang berfungsi sebagai penyerap bau dalam wilayah ini adalah jenis Pandanus sp., Sedangkan jenis tanaman yang dapat menjaga pelestarian air tanah adalah jenis aren (Arenga pinnata).
B. Kondisi GeoFisik Kawasan
Iklim
Data iklim menunjukkan bahwa tipe iklim di wilayah Sorong Selatan adalah tipe iklim A berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, 1951. Tipe iklim A mengindikasikan bahwa daerah survei termasuk wilayah tropika basah dengan curah hujan lebih dari 2.000 mm tahun-1 dan relatif merata sepanjang tahun. Suhu udara rerata minimum bulanan adalah 23,9°C dan rerata maksimum 32,9°C. Berdasarkan data suhu udara dapat diklasifikasikan bahwa daerah hutan kota mempunyai regim suhu panas (isohypertermik) yaitu suhu tanah pada penampang lebih dari 22°C, dan perbedaan rerata suhu tanah tertinggi dengan rerata terendah <6°C (Soil Survey Staff, 2003). Curah hujan rerata tahunan berkisar antara 2300 sampai 3700 mm dengan jumlah hari hujan 214 sampai 258 hari. Data tersebut menunjukkan bahwa, bulan basah (>100 mm bulan-1) terjadi sepanjang tahun dan tanpa bulan kering (<60 mm bulan-1) menurut kriteria Schmidt dan Ferguson (1951).
Berdasarkan data iklim mikro, maka regim kelembaban tanah tergolong udik karena penampang kontrol tanah berkategori kering selama ≤ 3 bulan (< 90 hari) dalam tahun-tahun normal. Rerata kelembaban udara bulanan mencapai 86%, artinya daerah hutan kota termasuk daerah lembab. Penyinaran matahari rerata bulanan 53,12%.
Geologi
Data geologi menunjukkan bahwa daerah Sorong Selatan khususnya wilayah teminabuan terbentuk melalui proses lipatan, patahan dan angkatan yang membentuk plateau dengan ketinggian 300 sampai 400 m di atas permukan laut. Daerah ini terbentuk dari endapan batu kapur pada masa tersier muda. Formasi batuan kapur berliat, termasuk ke dalam mergel atau batu kapur bermergel. Batuan kapur yang ada sebagian berkonsentrasi kuarsa tinggi. Umumnya di daerah ini terdapat karst yang berupa dolina, kuala dan drainase di bawah tanah (Schroo, 1963).
Topografi
Areal Hutan Kota bertopografi datar, bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan 3% sampai 8%.
Sifat-sifat Fisik dan Kimia Tanah
Hasil pengamatan karakteristik tanah dan analisis di laboratorium menunjukkan bahwa tekstur tanah pada lapisan atas (0-30 cm) adalah liat, lempung berliat, liat berdebu, lempung liat berdebu dan lempung liat berpasir.
Struktur gumpal dan remah berukuran sedang sampai kecil, konsistensi lekat, plastis dan teguh. Struktur tanah pada areal perbukitan berbentuk kubus dan remah, konsistensi agak lekat sampai lekat. Berdasarkan sistem klasifikasi USDA (2001), tanah pada satuan penggunaan ini termasuk Ordo Inceptisols. Sifat-sifat kimia tanah menunjukkan bahwa pH-H2O berkisar 7,0 sampai 8,2 (netral sampai alkalis), kadar C-organik, Nitrogen, Kalium, dan KTK tergolong rendah sampai sangat rendah, sedangkan P-tersedia berkadar sedang. Rendahnya bahan organik dan KTK mengindikasikan bahwa tanah tersebut berstatus kesuburan rendah dengan faktor pembatas utama adalah C-organik dan N. [NM]
No comments:
Post a Comment