Tuesday, October 6, 2020

Mengenal Lebih Dekat Teh Sarang Semut SW

Kemasan Teh Sarang Semut SW
(foto : KPHP Sorsel)

Sorong
- Sarang semut merupakan tumbuhan dari kerabat Rubiaceae yang bersifat epifit, artinya tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain tetapi tidak hidup secara parasit pada inangnya dan berasosiasi dengan semut. Bagian luar tanaman ini diselubungi duri yang melindunginya dari pemangsa herbivora, yang menarik di dalamnya terdapat rongga-rongga yang saling terhubung. Rongga-rongga ini dijadikan rumah oleh kawanan semut sehingga tanaman ini lazim disebut sarang semut . Secara tradisi, sarang semut digunakan sebagai tanaman obat oleh masyarakat pedalaman di bagian barat Wamena, Papua. Suku-suku di Bogondini dan Tolikara lazim memanfaatkannya untuk mengatasi rematik dan asam urat (Crisnaningtyas, F, & Andri T. Rachmandi. 2010). 

Secara etnofarmakologi tumbuhan sarang semut telah digunakan sebagai obat oleh masyarakat pedalaman Papua, diantaranya penyembuh radang, menguatkan imunitas tubuh dan mengatasi nyeri otot. Salah satu khasiat utamanya adalah membantu pengobatan berbagai jenis tumor dan kanker seperti: kanker otak, kanker payudara, kanker hidung, kanker lever, kanker paru-paru, kanker usus, kanker rahim, kanker kulit, kanker prostat dan leukemia (Mardany, M.P, Linus, Y.C & Aditya K.Karim. 2006). 

Myrmecodia berasal dari kata myrmikodes yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti mirip semut atau dikerumungi semut. (Wulan, dkk. 2017). Sarang semut merupakan salah satu tumbuhan epifit dari Hydnophytinae (Rubiaceae) yang dapat bersimbiosis dengan semut dan dikatakan bersifat epifit karena tumbuhan ini menempel pada tumbuhan lain tetapi tidak hidup secara parasit pada inangnya sehingga hanya sebagai tempat menempel saja. Tumbuhan sarang semut memiliki kekhasan, yakni ujung batangnya menggelembung (hypocotyl), berbentuk bulat saat muda, lalu menjadi lonjong memendek atau memanjang setelah tua. Bagian luar tumbuhan ini diselubungi duri yang melindunginya dari pemangsa herbivora, di dalamnya terdapat rongga-rongga yang saling terhubung. dan dijadikan rumah oleh kawanan semut sehingga tumbuhan ini lazim disebut sarang semut (Setiawati & Crisnaningtyas, 2013)

Sarang semut yang telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu obat tradisional dan memiliki potensi sebagai antioksidan alami yang mengandung flavonoid, tanin, dan tokoferol (Erminawati dan Naufalin, 2013). Menurut Wabia & Siburian (2019) tumbuhan sarang semut mampu hidup pada daerah hutan sekunder dan daerah bekas perladangan dengan ketinggian 250 hingga 2.500 meter dari permukaan laut.

Tumbuhan Myrmecodia sp. (foto : kphp sorsel)

Berdasarkan beberapa hasil penelitian manfaat sarang semut untuk kesehatan antara lain sebagai antioksidan, antioksidan dan anti mikroba serta efektif dalam membantu penyembuhan berbagai macam penyakit lainnya, misalnya gangguan jantung, ambien (wasir), reumatik, stroke ringan mapun berat, maag, gangguan fungsi ginjal dan prostat, pegal linu, melancarkan dan meningkatkan jumlah air susu ibu (ASI), melancarkan peredaran darah, dan memulihkan gairah seksual. Salah satu upaya untuk memberikan nilai tambah dari tanaman sarang semut yang pengolahannya, yaitu memanfaatkan serbuk umbi tanaman sarang semut sebagai minuman seduhan yaitu teh. 

Sarang semut yang berkualitas dipengaruhi oleh aspek jenis sarang semut, lingkungan tumbuh sarang semut, umur panen sarang semut, penanganan pascapanen sarang semut dan cara pengolahan sarang semut. ciri sarmut yang berkhaisat mempunyai panjang sarang semut sekitar 50 cm dengan akar yang menempel pada pohon inang, batang tanamannya berwarna coklat hingga keabu-abuan, sarang semutnya menggelembung menyerupai umbi dengan diameter sekitar 30 cm, bagian dalam batang berbentuk rongga bersekat-sekat, menyerupai labirin, sarang semut ada yang berduri ada juga yang tidak berduri, memiliki daun tunggal, berwarna hijau, berbentuk jorong (pangkal tumbul dan ujung meruncing), bertangkai, tersusun menyebar namun lebih banyak terkumpul di ujung batang, tepi rata. permukaan daun halus, tulang daun berwarna putih. Aspek lingkungan sarmut yang mempengaruhi kualitas sarang semut yaitu jenis pohon sumber hara, kondisi kesuburan tanah, serta faktor suhu, cahaya, dan kelembaban. Sarang semut yang masih muda memiliki panjang yang mencapai 5 cm dengan diameter 3-5 cm dimana setelah matang panjangnya bisa mencapai 50 cm dan memiliki diameter sebesar 15-30 cm dengan berat umbi basah  5 Kg.

Aspek penangangan pasca panen merupakan faktor yang sangat penting, pelaksanaan kagiatan paska panen yang perlu diperhatikan yaitu tempat kerja dan peralatan yang digunakan harus bersih, air yang digunakan harus berkualitas air minum. ketebalan irisan sarang semut setipis mungkin agar cepat kering (kadar air ± 7 %). pengeringan sarang semut dilakukan secepat mungkin dan jika pengeringan tertunda maka harus ditempatkan pada tempat yang bersih dan kering, pengemasan sarang semut harus menggunakan jenis kemasan yang tepat agar tidak lembab kembali. Dalam proses pengolahanatau produksi yang perlu diperhatikan yaitu tempat kerja dan peralatan yang digunakan harus bersih, air yang digunakan harus berkualitas air minum, pengolahan dilakukan dengan tahapan yang benar serta tidak menggunakan/menambah bahan-bahan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi.

Pengolahan sarang semut yang telah dilakukan oleh masyarakat di Kampung Wendi dan Sasnek secara sederhana yaitu dengan membuat seduhan sarang semut dalam bentuk lempengan dari hasil irisan sarang semut yang telah dikeringkan. Untuk meningkatkan nilai tambah dari sarang semut maka KPHP Sorong Selatan memperkenalkan dan mengajarkan teknologi sederhana dalam pemanfaatan sarang semut sebagai teh celup sarang semut. Selain itu menerapkan SOP dalam proses pemanenan, pengolahan pasca panen dan proses pengolahan atau produksi teh sarang semut. Kelebihan seduhan sarang semut dalam bentuk teh celup dibandingkan lempengan adalah lebih praktis dan ekonomis dan tidak membutukan waktu yang lama untuk menyajikan teh sarang semut.

Proses Pembuatan Teh Sarang Semut
(foto : kphp sorsel) 

Pembuatan teh sarang semut yang dibuat dibagi dalam 3 tahapan yaitu penyiapan sarang semut, pegeringan sarang semut, pembuatan serbuk/bubuk sarang semut. Penyiapan sarang semut diawali dengan pemilihan sarang semut yang telah tua/matang kemudian dibuang daun-daun di bagian ujung sarang semut menggunakan pisau kemudian dikupas kulit luar sarang semut memakai pisau atau golok dan buang bagian yang rusak/cacat setelah itu dicuci sarang semut untuk hilangkan kotoran yang menempel, kemudian sarang semut terkupas dibelah 4 bagian, lalu ambil bagian yang berongga saja dimana umbi tersebut harus dibersihkan dari semut yang ada di rongga-rongga. Sarang yang telah dikupas diiris tipis memakai pisau tajam atau mesin pengiris (slicer) setebal ± 3 mm kemudian dikeringanginkan dalam ruangan ber-AC pada suhu 20°C, sekitar 3 hari, atau dijemur di bawah sinar matahari selama 5-6 hari. Potong–potong sarang semut yang telah kering tersebut menjadi beberapa bagian kecil kemudian diblender sarang semut sampai halus dan dilakukan pengayakan (ukuran 40 - 60 mesh) setelah dimasukkan ke dalam kantong teh celup kemudian disealer kantong tersebut dan dikemas dalam kemasan sekunder. Pemanfatan sarang semut dibuat menjadi kemasan teh celup sarang semut pada Kampung Sasnek dan Wendi dikenal dengan brand Teh Sarmut SW (Sasnek-Wendi)

Cara membedakan sarang semut asli dan palsu secara sederhana yaitu dengan menggunakan air panas dan melihat tekstur dari sarang semut, jika sarang semut asli diseduh dengan air panas maka airnya masih akan terlihat bening sebaliknya jika airnya berubah menjadi kuning keemasan maka sarang semut tersebut palsu. Apabila dilihat dari tekstur maka tekstur dari sarang semut asli terasa agak kasar saat diremas, saat diremas tidak akan mengecil dan masih tetap keras, berbeda dengan sarang semut palsu yang terasa halus dan tipis.

Teh herbal kian popular di kalangan masyarakat karena makin banyak orang yang sadar pentingnya kesehatan. Saat ini banyak bermunculan varian teh herbal di pasaran, salah satu teh herbal yang sedang populer adalah teh herbal sarang semut. Hal ini membuat nilai ekonomi dari sarang semut yang dikemas dalam bentuk teh celup mempunyai nilai yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan dijual dalam bentuk lempengan. Sarang semut yang dikemas di dalam kantong teh celup memiliki kelebihan dibanding produk teh celup pada umumnya karena produk ini tidak hanya dapat dikonsumsi oleh penderita penyakit tertentu saja, melainkan dapat juga dikonsumsi oleh semua orang mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sebagai minuman pelepas dahaga karena rasa dan aroma yang dihasilkan mirip dengan teh pada umumnya. [NM]





No comments:

Post a Comment